KLIKTERKINI.COM, SOPPENG - Dr. Hj. Andi Adawiah, Calon Wakil Bupati Soppeng yang dikenal sebagai akademisi bergelar doktor manajemen, diharapkan mampu mendominasi debat perdana Pilkada Soppeng.
Namun, ekspektasi publik terhadapnya justru terdegradasi setelah menyaksikan debat tersebut. Performa Andi Adawiah dinilai tidak sejalan dengan gelar akademik dan jabatan rektor yang diembannya, memunculkan keraguan publik tentang kapasitasnya memimpin Soppeng ke depan.
Ashari Rasiman, warga Tettikenrarae, Soppeng, mengungkapkan kekecewaannya terhadap penampilan Andi Adawiah. "Saya tak percaya dengan performa seperti yang ditampilkan Andi Adawiah semalam. Seharusnya, beliau bisa sangat dominan karena secara akademik, dia yang paling mumpuni dari tiga kandidat lainnya. Namun, kita melihat semua bahwa kapasitas dan kompetensinya amat tidak memadai," ujarnya.
Salah satu momen yang mengundang pertanyaan adalah saat Andi Adawiah ditanya mengenai strategi dan kebijakan Paslon Nomor Urut 1 terkait dengan kendala penerapan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) di Soppeng. Alih-alih membahas SPBE, ia justru menjawab dengan membahas internet gratis.
"Kami akan mengadakan internet gratis agar lebih banyak orang Soppeng yang menikmati internet. Akan ada lebih banyak titik dimana internet gratis akan diadakan sehingga lebih banyak warga yang menikmati," kata Andi Adawiah.
Penjelasan lanjutannya tentang internet gratis di Taman Juara semakin mengaburkan pertanyaan tentang SPBE. Padahal, SPBE, atau yang sering disebut sebagai e-Government, merupakan konsep pemerintah untuk memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam memberikan pelayanan publik.
Kesalahan Konsep Stunting dan ABK
Pada sesi ketiga, saat membahas mengenai stunting, Andi Adawiah kembali menunjukkan kelemahannya. Ia menyatakan bahwa anak stunting harus diberi perhatian lebih besar karena termasuk dalam golongan anak berkebutuhan khusus (ABK).
"Sebagai anak berkebutuhan khusus, anak stunting harus diberi perhatian lebih besar," ujar dia lagi.
"Anak stunting sebagai anak berkebutuhan khusus dan anak rentan akan diberi perhatian agar nanti bisa dibina dengan baik. Kita akan memberikan fasilitas kepada anak berkebutuhan khusus ini agar bisa hidup normal," tambahnya.
Namun, menurut dr. Nadia Nurotul Fuadah dari Alodokter, stunting dan ABK memiliki definisi yang berbeda. Stunting merujuk pada kondisi tinggi badan anak di bawah standar, sedangkan ABK mengacu pada anak yang mengalami keterbatasan atau keluarbiasaan dalam fisik, mental-intelektual, ataupun sosio-emosional.
"Stunting lebih diartikan sebagai suatu kondisi dimana tinggi badan anak berada di bawah standar, dan jauh lebih pendek dibanding anak seusianya. Sedangkan, ABK merujuk pada anak yang mengalami keterbatasan atau keluarbiasaan, baik dalam fisik, mental-intelektual, ataupun sosio-emosional, yang mempengaruhi secara signifikan proses tumbuh kembangnya dibandingkan dengan anak-anak lain yang seusianya," tulis dr. Nadia.
Kata dia, ABK juga mencakup anak-anak dengan gangguan pemusatan perhatian, gangguan spektrum autisme, gangguan kemampuan komunikasi, dan juga kesulitan belajar.
"Tidak semua anak dengan stunting merupakan ABK, begitu pula sebaliknya. Stunting terjadi utamanya akibat asupan gizi (terutama protein) yang tidak adekuat di awal-awal kehidupan anak (1000 hari pertama). Selain itu, stunting juga bisa terjadi karena pengaruh infeksi atau penyakit kronis lainnya, pola asuh yang kurang baik, juga masalah lain yang ibu hadapi selama kehamilan, melahirkan, dan menyusui. Sedangkan, ABK terjadi utamanya akibat faktor genetik dan lingkungan," tukasnya. (*)